Aceh Singkil, Xtrafmsingkil.com – Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan potensi ekspor produk halal Indonesia mencapai sekitar 3,6 miliar dolar AS.
“Kita juga mendukung upaya peningkatan investasi dan hal ini terlihat dari potensi ekspor produk halal Indonesia ke negara-negara lainnya sebesar kurang lebih 3,6 miliar dolar AS,” ujar Pahala dalam seminar daring Wirausaha Muda Syariah di Jakarta, Kamis.
Dilansir dari laman Antara, Wamen BUMN juga menambahkan bahwa berdasarkan Indonesia Halal Market Report Tahun 2021 pertumbuhan ekspor produk halal, foreign direct investment atau investasi yang masuk ke Indonesia, dan juga beberapa substitusi produk ini diharapkan dapat mendorong peningkatan PDB nasional di mana hal ini khusus untuk produk dan jasa layanan halal nilainya bisa mencapai 5,1 miliar dolar AS.
“Jadi pasarnya besar sekali, tinggal bagaimana kita bisa bersama-sama memanfaatkan dan juga nantinya perdagangan menjadi salah satu komponen kunci daripada total pengeluaran masyarakat Muslim meliputi produk makanan halal, fashion, farmasi dan komestik sebagai sektor utama dengan persyaratan sertifikasi halal,” katanya.
Hal ini, lanjut Pahala, yang tentunya bersama-sama menjadi sebuah rangkaian dari kegiatan Seminar Wirausaha Muda Syariah untuk bisa mendorong produk halal, dan juga perluasan produk halal Indonesia ke negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan non-OKI.
“Tinggal kita bagaimana sebagai umat Muslim yang betul-betul nantinya diharapkan kita bukan hanya menjadi konsumen, tetapi menjadi bagian daripada produsen dengan mengambil peran sebagai pihak yang betul-betul memanfaatkan ceruk pasar yang luar biasa ini sehingga bisa menjadi pendorong bagi pengembangan ekonomi ke depannya,” kata Wamen BUMN tersebut.
Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membuka penetrasi pasar produk halal RI melalui Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) di berbagai negara, seperti Rusia, Maroko, Sudan, Singapura, Korea Selatan, Tiongkok, dan Arab Saudi.
Saat ini, ia pun sedang mencoba membuka jaringan MES di Pakistan, Uni Emirat Arab, Thailand, dan Brunei, khususnya melalui diaspora RI yang tinggal di negara-negara tersebut.
Kolaborasi antara industri syariah bersama pemerintah, pesantren, dan santri pun menjadi sebuah keharusan saat ini, karena COVID-19 memberi dampak yang cukup signifikan.
Maka dari itu, Erick yang juga merupakan Ketua Umum Pengurus Pusat MES berpendapat keseimbangan ekonomi harus terjaga.