Jakarta – Sejak akhir Juli, penghapusan mural menjadi isu yang tengah ramai dibicarakan. Mural muatan kritik sosial, politik, dan merespons pandemi COVID-19 dihapus oleh aparat pemerintah.
Tak ingin ketinggalan momen, aliansi rakyat bergerak asal Yogyakarta bernama Gejayan Memanggil membuat lomba mural #Dibungkam. Lomba yang digelar sejak 23 sampai 31 Agustus 2021 itu terbuka bagi para seniman yang ingin mengikuti.
Dalam pengumuman yang dibagikan oleh Gejayan Memanggil di akun Instagram, para peserta bisa mengikuti lomba dengan karya yang diunggah di akun masing-masing.
Kemudian mengirimkan pesan konfirmasi via Direct Message dengan kode ‘Lomba Dibungkam’. Nantinya, karya seni yang masuk akan diseleksi oleh tim dewan juri dengan syarat keberanian konten, menggambarkan semangat perlawanan, diapresiasi rakyat, dan tidak mengandung unsur SARA.
Mimin muralis yang identitasnya disembunyikan, ketika ditanyai oleh detikHOT mengatakan lomba ini dibuat sebagai respons cepat dari peristiwa yang marak terjadi.
“Merespons cepat seperti respons aparat menghapus mural-mural kritik dengan sewenang-wenang,” ungkapnya, Rabu (25/8/2021).
Menurut Mimin Muralis, menurut sejarahnya di masa perjuangan, seni rupa di angkat tinggi untuk kemerdekaan dan penjajahan.
“Nasionalis, agamis, komunis, semua bersatu bikin mural untuk melawan imperialisme,” tegas Gejayan Memanggil.
“Sekarang justru negara kita takut dengan suara-suara rakyat yang semangatnya sama dengan itu, melawan penindasan,” sambungnya.
Kini, lanjut dia, saatnya seniman bersatu untuk membuat pernyataan sikap dan memboikot kerja sama apapun untuk rezim hari ini. Serta sepakat untuk menyatakan perubahan total revolusi kerakyatan dan melawan kapitalisme.
Mimin Muralis juga menambahkan, bagi para peserta yang mengikuti ada poin lebih ketika mural tersebut dihapus oleh aparat pemerintah.
“Sebab penghapusan mural oleh aparat menjadi nilai lebih bagi penilaian juri untuk setiap karya yang akan ditetapkan sebagai pemenang. Nah dengan adanya penghapusan mural tersebut bagi kami itu nilai penting karena mungkin muatannya sangat bermakna untuk rakyat hingga perlu disensor oleh negara,” urainya.
Peristiwa penghapusan mural ini dipicu oleh tulisan Tuhan Aku Lapar di Kotamas, Tigaraksa, Tangerang, Banten yang dihapus aparat dan senimannya didatangi polisi. Setelahnya mural bertulisan ‘Dipaksa Sehat di Negara Sakit’, ‘Wabah Sesungguhnya Adalah Kelaparan’ sampai mural ‘Dibungkam’ juga mengalami nasib naas.