You are currently viewing Karier Jorginho: Bersakit-Sakit Dahulu, Bersenang Kemudian
Jorginho melalui jalan terjal dalam karier sepakbolanya. (Foto: AP/Manu Fernandez)

Karier Jorginho: Bersakit-Sakit Dahulu, Bersenang Kemudian

Porto – Selalu ada jalan terjal yang dilalui oleh orang sukses. Seperti halnya Jorginho dalam menapaki karier sepakbolanya: menyedihkan dan bikin frustrasi.

Chelsea berhasil menjadi juara Liga Champions 2020/2021 setelah mengalahkan Manchester City 1-0 di Dragao, Minggu (30/5/2021) dini hari WIB. Gol The Blues dicetak oleh Kai Havertz jelang akhir babak pertama.

Gelar ini terasa sangat emosional bagi Jorginho. Dia datang ke Chelsea karena faktor Maurizio Sarri menjadi juru taktik The Blues.

Di saat perjalanan Chelsea sulit selama era kepemimpinan Sarri, Jorginho pasti selalu terseret. Pria berkebangsaan Italia-Brasil itu dianggap biang keladi karena Chelsea selalu ketergantungan dan Cesc Fabregas saking tidak tahannya memilih hengkang.

Jorginho dan Sarri cuma bertahan satu musim di Chelsea dengan mempersembahkan trofi Liga Europa. Meski tak ada Sarri, faktanya Jorginho malah tetap menjadi andalan lini tengah Chelsea bersama Frank Lampard dan beralih ke Thomas Tuchel.

“Rasanya luar biasa. Saya sempat berpikir untuk meninggalkan sepakbola dan orang tua saya yang membuat saya bertahan. Sekarang mereka ada di sini, malam ini dan saya menjuarai Liga Champions!” kata Jorginho kepada Sky Sport italia.

Ya, Jorginho memang sempat berpikir untuk berhenti mengejar cita-citanya sebagai pesepakbola profesional. Pemikiran itu ada saat dirinya pertama kali datang dari Brasil ke Italia.

Gelandang kelahiran Imbituba, Brasil, itu mulai pindah ke Italia pada usia 15 tahun. Seorang agen membawanya ke Italia, untuk tes di Hellas Verona di kelompok junior.

Verona tidak berada di Serie A pada waktu itu dan tidak memiliki tim junior. Jorginho kemudian dialihkan ke tim junior bernama Berretti selama dua tahun. Tim itu bermain di Serie C1/C2.

Pada momen itu, Jorginho bertemu dengan kiper bernama Rafael yang juga berasal dari Brasil. Keduanya mulai akrab dan muncul pertanyaan terkait proses kepindahan Jorginho dari Brasil ke Italia.

Berawal dari penjelasan Rafael itulah Jorginho tahu bahwa dirinya sedang dieksploitasi agen. Rafael sempat terkaget-kaget karena Jorginho cuma mendapatkan 20 euro seminggu untuk hidup di Italia.

“Pada saat itu saya mau menyerah. Saya sangat hancur. Saya sudah muak. Saya menelepon ke rumah sambil menangis dan bilang ke ibu bahwa saya mau pulang dan tidak ingin bermain sepakbola lagi,” kata Jorginho pada Juni 2019 di situs resmi Chelsea.

“Ibu bilang ‘jangan berpikir tentang hal itu. Kamu sudah sangat dekat, kamu sudah berada di sana selama beberapa tahun, ibu tidak akan mengizinkan kamu pulang. Kamu harus tinggal di sana dan tegar’. Jadi Saya memutuskan tinggal,” sambungnya. (detik.com)

Share

Tinggalkan Balasan