Aceh Singkil, Xtrafmsingkil.com – Seorang pasien pengidap leukimia di AS menjadi perempuan pertama dan orang ketiga di dunia yang sembuh dari HIV sampai sejauh ini. Dia sembuh dari penyakit itu setelah menerima transplantasi sel punca (stem cell) dari donor yang secara alami resisten terhadap virus penyebab AIDS itu.
Di lansir dari KBA, Para peneliti pada Selasa, 15 Februari 2022 melaporkan, kasus yang dialami perempuan berusia 64 tahun dari ras campuran itu juga menjadi kasus pertama dari pengobatan yang melibatkan cord blood atau darah tali pusat. Ini adalah pendekatan baru yang dapat membantu penyembuhan lebih banyak orang di masa depan.
Sejak menerima cord blood untuk mengobati leukemia myeloid akutnya perempuan itu kini telah dalam proses remisi (berkurangnya gejala penyakit) dan bebas dari HIV selama 14 bulan terakhir. Selama proses tersebut, dia tidak memerlukan pengobatan HIV ampuh yang selama ini dikenal dengan terapi antiretroviral.
Untuk diketahui, leukimia myeloid adalah jenis kanker yang dimulai pada sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang.
Adapun dua kasus pasien sembuh dari HIV sebelumnya terjadi pada laki-laki. Satu dari mereka memilki ras kulit putih, sedangkan yang lainnya beretnik Latin. Kedua pasien tersebut menjalani prosedur transplantasi stem cell dengan menerima sel induk dewasa—yang lebih sering digunakan dalam transplantasi sumsum tulang.
“Sekarang ini adalah laporan ketiga dari penyembuhan di rangkaian ini, dan juga jadi perempuan yang pertama yang hidup dengan HIV,” ungkap Presiden terpilih International AIDS Society, Sharon Lewin, dalam sebuah pernyataan dikutip Reuters, Rabu, 16 Februari 2022.
Temuan tersebut menjadi bagian dari studi besar yang didukung AS yang dipimpin oleh Dr Yvonne Bryson dari University of California Los Angeles (UCLA), dan Dr Deborah Persaud dari Johns Hopkins University di Baltimore.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati 25 pasien HIV yang menjalani transplantasi dengan sel punca yang diambil dari darah tali pusat untuk pengobatan kanker dan kondisi serius lainnya.
Pada tahap percobaan pertama, pasien menjalani kemoterapi untuk membunuh sel-sel kekebalan kanker. Dokter kemudian melakukan transplantasi sel induk dari individu dengan mutasi genetik tertentu di mana mereka kekurangan reseptor yang digunakan oleh virus untuk menginfeksi sel.
Para ilmuwan percaya bahwa orang-orang ini kemudian mengembangkan sistem kekebalan yang kebal terhadap HIV.
Lewin mengatakan transplantasi sumsum tulang bukanlah strategi yang tepat untuk menyembuhkan kebanyakan orang yang hidup dengan HIV. Akan tetapi, laporan kali ini mengonfirmasi bahwa penyembuhan HIV menjadi mungkin dan lebih jauh memperkuat penggunaan terapi gen sebagai strategi yang layak untuk penyembuhan HIV.
Studi ini menunjukkan bahwa elemen penting untuk keberhasilan penyembuhan adalah transplantasi sel yang resistan terhadap HIV. Sebelumnya, para ilmuwan percaya bahwa efek samping transplantasi sel induk umum yang disebut penyakit graft versus host—di mana sistem kekebalan donor menyerang sistem kekebalan penerima—berperan dalam kemungkinan penyembuhan.
“Secara keseluruhan, ketiga kasus penyembuhan pascatransplantasi sel induk ini semuanya membantu mengungkap berbagai komponen transplantasi yang benar-benar kunci penyembuhan,” kata Lewin.